Cari Blog Ini

Minggu, 20 Oktober 2013

TECHNOPRENEURSHIP


PENGANTAR
Sebagai anggota masyarakat Indonesia, kita memiliki peranan penting dalam memajukan bangsa ini. Institusi pendidikan merupakan fondasi utama dalam mempersiapkan masyarakat, guna memiliki kapabilitas yang mumpuni dan siap untuk menguasai teknologi dan berinovasi dalam segala aspek kehidupan. Dunia industri merupakan pilar penopang kemapanan dan kemajuan ekonomi Negara yang merupakan sarana bagi individu-individu yang secara akademis telah disiapkan oleh Insitusi Pendidikan. Secara jelas bahwa Institusi Pendidikan dan Dunia Industri merupakan dua entitas yang memiliki hubungan yang sangat erat, terutama industri-industri yang berbasis pada teknologi terkini dalam proses bisnis ataupun produk yang dihasilkannya. Pada jenis industri tersebut, dasar penguasaan akan teknologi bagi tenaga kerjanya merupakan modal utama dari keberhasilan industry tersebut di pasar. Demikian pula industri dibidang teknologi telematika, sebuah industri yang merupakan konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information).

PENJELASAN
Arus globalisasi yang menyebar di seluruh dunia merupakan suatu tantangan yang juga harus dihadapi oleh Indonesia. Salah satu dampak proses globalisasi yang perkembangannya sangat pesat di dunia ini adalah Bisnis Teknologi Telematika. Menyikapi hal ini maka perekonomian Indonesia yang saat ini masih sangat bertumpu kepada kekayaan dan keragaman sumber daya alam, yaitu perekonomian yang masih berorientasi pada Resource Based, harus mulai berubah menjadi perekonomian yang bertumpu kepada Informasi – Knowledge Based. Informasi atau pengetahuan dalam konsep bisnis dapat dikembangkan sebagai produk yang diperdagangkan atau sebagai alat penopang bisnis yang utama.
Salah satu kunci berkembangnya Knowledge Based Economy adalah dengan Technopreneurship. Technopreneurship bukan merupakan sebuah produk tetapi lebih kepada suatu proses yang merupakan sinergi dari kemampuan yang kuat pada penguasaan teknologi serta pemahaman yang menyeluruh mengenai konsep kewirausahaan.
Tata Sutabri sebagaimana dikutip Sustyo menyatakan bahwa technopreneurship merupakan proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional
Menurut (Zimmerer & Scarborough, 2008) Technopreneurship merupakan gabungan dari dua kata, yakni ‘technology’ dan ‘enterpreneurship’. Secara umum, kata Teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri. Sedangkan kata entrepreneurship berasal dari kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada
Berdasarkan kedua pengertian di atas secara ringkas dapat kita artikan bahwa technopreneurship adalah sebagai aspek penggabungan secara teknik di mana entrepreneur sebagai objek utama yang didukung dengan teknologi yang mapan untuk meciptakan lapangan kerja baru. Technopreneurship sangat relevan dengan kondisi Indonesia karena pada dasarnya pencapaian puncak pencapaian technopreneurship ini adalah mampu mengolelola sumber daya alam Indonesia sehingga bisa menjadi peluang bisnis yang mampu menyerap tenaga kerja dan membantu memajukan perekonomian bangsa.
Menjadi seorang technopreneur tidaklah semudah membalikan telapak tangan dan dibutuhkan sikap mental yang kuat. Minimal ada beberap sifat yang harus dimiliki diantaranya sebagai berikut :

- Kemandirian
Mandiri atau tidak tergantung pada orang lain adalah syarat mutlak yang harus dimilikin karena pada dasarnya seorang technopreneur adalah pemilik dari usaha tersebut. Sehingga memiliki kekuasaan penuh untuk mengendalikan usahanya. Dapat dibayangkan jika tergantung pada orang lain maka seorang technopreneur tidak akan memiliki keleluasaan mengelola usahanya sehingga tidak akan bisa berkembang.

- Kejujuran
Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana, begitulah pepatah mengatakan. Sifat manusia adalah menyukai kebaikan dan kejujuran adalah salah satu unsur kebaikan, sehingga sangat masuk akal jika seorang technopreneur harus  memiliki sifat jujur agar mampu menjalin kerja sama dengan orang lain. Karena pada dasarnya kegiatan technopreneur adalah berhubungan dengan orang lain untuk menciptakan peluang bisnis yang dapat menghasilkan penghidupan. Secara singkat dapat dikatakan technopreneur = kejujuran = menjalin relasi = bisnis prospektif.

- Ketangguhan
Untuk memulai dan menjalankan sebuah bisnis dibutuhkan ketangguhan. Karena bisnis bersifat dinamis dan perubahan yang terjadi sangat fluaktif dan bergerak sangat cepat. Oleh karena seorang technopreneur harus benar-benar tangguh dan selalu siap dalam kondisi apapun. Harus siap mental ketika mengalami kerugian dan harus bijak ketika memeroleh keuntungan baik besar ataupun kecil.

- Kreativitas
Kreativitas sangat penting dalam sebuah bisnis karena persaingan yang sangat ketat. Oleh sebab itu diperlukan sebuah ide kreatif atau inovasi sehingga tetap bisa bertahan. Fakta membuktikan hanya seorang technopreneur yang kreatif yang mampu bertahan. Umumnya pasar membutuhkan produk-produk yang unik dan dibuat kreatif sehingga tidak mampu ditiru oleh kompetitornya. Ingat bahwa bisnis sangat dinamis, dan untuk bertahan dengan kondisi itu diperlukan sebuah kreativitas yang tinggi.

- Iklim yang kondusif
Lingkungan sangat berpengaruh bagi apapun dan siapapun karena dari sanalah seseorang akan mendapat sebuah yang sangat berharga untuk ia kembangkan. Jika ingin menjadi seorang dosen maka tinggal lah di tempat para dosen berada. Begitu pula jika ingin menjadi technopreneur maka kita harus banyak berhubungan dengan tecnopreneur pula. Dari sanalah kita bisa memulai untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan technopreneur. Segera pindah lah dari zona nyaman kita dan temukan temukan zona yang lebih nyaman agar kita mampu menemukan peluang untuk pengembangan technopreneur
  
Jelas disini bahwa ada dua komponen utama yang perlu diamati dalam kaitan tentang pembahasan Technopreneurship, yaitu :
· Teknologi
Merupakan aplikasi langsung dari ilmu pengetahuan. Manusia dengan kemampuan akal budi yang dimilikinya merekayasa teknologi menjadi alat yang memudahkan kerja manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Teknologi secara luas maupun teknologi telematika khususnya berkembang sangat pesat. Penguasaan teknologi terbaru yang tepat guna, akan memberikan hasil yang cepat dan lebih efisien dari waktu ke waktu. Sehingga kemajuan suatu Negara dapat diukur dari penguasaan teknologi tepat guna dari bangsanya. Disinilah peran institusi pendidikan sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang siap dalam pemahaman teknologi terbaru, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Institusi pendidikan tidak boleh bersifat statis, karena perkembangan teknologi itu sendiri bergerak sangat dinamis. Secara kontinu pula institusi pendidikan harus terus merangsang proses
Inovasi pembentukan teknologi baru yang dapat menumbuh-kembangkan industri berbasis teknologi dalam aspek yang luas.
· Enterpreneurship
Menurut Edvarson tahun 1994 (Dalam Makalah Wahid Ciptono tahun 1999), adalah sebuah kata yang digunakan untuk menjelaskan perilaku-perilaku pemikiran strategis dan berani mengambil resiko yang akan memberikan hasil peluang bagi individu dan organisasi. Seorang enterpreneur harus memiliki semangat dan kemampuan penting, yaitu :
- Kompetitif
Semangat kompetitif akan membawa usaha yang dipimpinnya terus berkembang dan memicu adrenalin dalam menuangkan ide penyelesaian solusi dari masalah yang timbul.
- Persisten
Semangat akan konsistensi dan keyakinan dari proses bisnis yang dikerjakannya.
- Inovatif
Kemampuan untuk menciptakan terobosan, baik dalam pelayanan maupun dalam produk bisnis yang dihasilkannya.
- Fokus
Ketrampilan untuk secara penuh terjun dalam setiap aspek yang terkait dalam bisnis yang didalaminya. Tidak mudah terbawa arus situasional, melainkan terus mencurahkan konsentrasinya untuk pemenuhan konsep dasar yang telah dicetuskan.
- Visioner
Memiliki pandangan jauh ke depan, terutama terkait dengan life time bisnis yang digelutinya.
- Interpersonal Skill
Kemampuan dalam berinteraksi secara sosial, baik dalam hubungan dengan pengguna bisnis maupun dengan segenap anggota team bisnis proses.
- Managerial
Kemampuan dasar dalam mengatur pemasaran, produksi dan finansial. Sehingga Technopreneurship merupakan sinergi yang kuat antara penerapan teknologi sebagai instrumen dan inti dari produk bisnis yang dihasilkan serta jiwa usaha mandiri yang merupakan spirit dari berjalannya bisnis secara kontinu. Technopreneurship memiliki semangat untuk membangun suatu usaha yang secara karakter adalah integrasi dari kompetensi penerapan teknologi. Sehingga diharapkan munculnya suatu unit usaha yang bersifat teknologis: unit usaha yang secara nyata memanfaatkan teknologi aplikatif dalam proses inovasi, produksi, pemasaran bahkan dalam internal operasi usahanya.

PROBLEMATIKA
Pemahaman akan konsep ini tentu saja bukan merupakan hal yang baru di negara kita. Tetapi realita yang ada dalam masyarakat adalah perkembangan usaha-usaha dengan basis teknologi belum memberikan sumbangan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan. Berdasarkan kondisi realita tersebut ada problematika dalam penerapan konsep ini, yaitu :
Sumber Daya Manusia Bisnis Teknologi merupakan bisnis dengan basis kualitas sumber daya manusia sebagai tulang punggungnya. Human Capital atau kompetensi SDM akan menjadi komponen utama dari keberhasilan suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Problematika yang ada adalah :
· Attitude
Etos kerja merupakan komponen penting penghargaan kualitas suatu individu. Negaranegara Asia seperti Jepang, Cina, Korea, dan Vietnam memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik karena didukung etos kerja yang tinggi dari rakyatnya. Attitude yang baik akan mengutamakan tanggung-jawab secara serius dan penting, sehingga sebagai konsekuensi dari pemenuhan kewajiban secara sempurna maka pemenuhan hak akan berjalan dengan sendirinya.
· Short Minded
Kesalahan pola pikir yang terlalu pendek. Pengembangan bisnis adalah suatu proses. Para pebisnis yang berhasil di usia mudapun sebenarnya pada usia dini mereka telah fokus dan bereksperimen secara kontinu dalam jumlah waktu yang panjang.
· Bakat Kewirausahaan vs Keahlian Teknologi
Perbedaan penguasaan kemampuan kewirausahaan dan keahlian teknologi. Kondisi umum yang ada adalah seorang pakar teknologi memiliki ketertarikan dalam perluasan penguasaan teknologi dan sedikit penguasaan mengenai kemampuan kewirausahaan, demikian pula sebaliknya.
· Teori vs realita praktek
Perbedaan pemahaman teori dan realita praktek dalam pengelolaan bisnis. Dunia Industri Unit-unit usaha bisnis teknologi adalah hasil dari proses Technopreneurship. Problematika yang dialami pada dunia industri dalam kaitan dengan pengembangan Technopreneurship adalah :
· Pendanaan
Keterbatasan dana memang bukan merupakan kendala yang dapat menyurutkan pembentukan bisnis teknologi. Akan tetapi percepatan pertumbuhan bisnis teknologi akan sangat terbantu dengan adanya pendanaan yang signifikan.
· Penghargaan produk IT lokal
Masih kurangnya penghargaan terhadap produk-produk IT yang dibuat oleh perusahaan lokal. Terutama pada perusahaan-perusahaan yang memiliki Capital cukup besar, import akan produk IT dari negara lain masih banyak terjadi.
· Regulasi
Industri berkembang disuatu negara tidak akan terlepas dari komitmen pemerintah dalam membantu perkembangannya. Peraturan perpajakan yang jelas dan transparan, prosedur perijinan serta peraturan pemerintah yang memberikan apresiasi terhadap karya intelektual
sangat diharapkan oleh dunia industri.

USAHA PENINGKATAN TECHNOPRENEURSHIP
Strategi yang kuat serta arah yang jelas perlu dikembangkan untuk memberikan landasan bagi berkembangnya Technopreneurship di Indonesia. Oleh sebab itu perlu kerjasama yang erat dari technopreneur sebagai penggagas bisnis, Perguruan Tinggi dan lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, perusahaan modal ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan serta pemerintah sebagai pembentuk kebijakan ekonomi agar dapat memberikan kebijakan ekonomi yang kondusif.
Institusi pendidikan memiliki kewajiban dalam mengatasi Problematika yang ada dalam persiapan sumber daya manusia. Berbagai usaha yang perlu dilaksanakan ataupun bila telah dilaksanakan perlu mendapat perhatian khusus adalah :
· Membangun secara terus menerus dalam setiap kegiatan belajar mengajar, mengenai moralitas, pandangan penuh akan profesionalitas dan mengubah paradigma buruk mengenai attitude generasi muda Indonesia.
· Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan tinggi.
· Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek dalam pengelolaan bisnis.
· Menjadi wahana interaksi untuk komunitas perguruan tinggi dengan para alumninya yang telah memiliki keberhasilan dalam membangun unit usaha bisnis.
· Membentuk unit studi spesifik yang ditunjang dengan perangkat bisnis dari unit bisnis terkait. Unit studi ini merupakan gabungan antar institusi pendidikan dengan kelompok unit bisnis tertentu. Sebagai contoh pengembangan aplikasi perbankan.
· Membentuk inkubator bisnis yang dapat dijadikan sebagai pusat kegiatan pembelajaran dengan atmosfir bisnis yang kondusif serta didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai.
Demikian pula dengan dunia industri. Apabila mengharapkan sumber daya manusia dengan kualitas
yang sesuai dengan persaingan bisnis yang dihadapinya perlu melaksanakan :
· Pemberian akses kepada calon sarjana mengenai bisnis proses dari usaha yang dilakukannya. Sehingga dapat memberikan wawasan yang nyata mengenai bentuk kompetensi yang diharapkan oleh dunia industri bagi setiap individu yang akan mulai terjun mengaplikasikan pemahaman teknologi yang telah diperolehnya dari institusi pendidikan.
· Pembentukan mitra kerja dengan institusi pendidikan, agar terjalin kerjasama industri dan edukasi.
· Transfer pengetahuan dan pengalaman mengenai dunia industri dengan memberikan kesempatan praktek magang.
  
PENUTUP
Indonesia memiliki sejarah sebagai bangsa yang besar. Kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Majapahit dan Sriwijaya dijadikan sebagai pusat pembelajaran dari kerajaan-kerajaan lain mengenai budaya, agama dan peradaban. Kerajaan-kerajaan Indonesia pada waktu itu merupakan jalur perdagangan penting bagi pedagang dihampir seluruh dataran Asia. Sehingga semangat bangsa ini untuk menguasai Teknologi dan mensinergikannya dengan kemampuan kewirausahaan akan kembali membawa derajat bangsa ini dalam tingkatan yang agung.
Hidup adalah pembelajaran yang berkelanjutan – “life is a continual learning”, penguasaan teknologi secara terus-menerus yang dikombinasikan dengan semangat kewirausahaan akan membentuk buah keberhasilan yang nyata dalam berkompetisi didalam dunia bisnis.