A. PENDAHULUAN
Dalam penulisan ini akan membahas. Tulisan
ini memfokuskan pada metrik pengujian perangkat lunak dalam membahas peran penting dalam proses pengujian
perangkat lunak serta
mengklasifikasikan dan menganalisis metrik berbagai tes
Pengukuran perangkat lunak merupakan hal yang terpenting dari praktek rekayasa perangkat lunak yang baik.
Serta pengukuran aktivitas manusia menambah nilai dan terlibat aktif dalam proses informasi. Pengukuran ini
membantu untuk membuat karakteristik khusus dari proses dan produk informasi. Pengukuran meliputi evaluasi kuantitatif yang
biasanya menggunakan metrik serta ukuran
dapat menggunakan secara langsung menentukan pencapaian
tujuan kualitas numerik.
Pengukuran selalu menjadi fundamental bagi kemajuan untuk setiap
disiplin rekayasa dan pengujian perangkat lunak. pengukuran perangkat lunak dan
metrik menjadi peran mendasar dalam siklus hidup pengembangan
perangkat lunak, dan Metrik
perangkat lunak telah digunakan dalam membuat keputusan kuantitatif/kualitatif
maupun dalam penilaian risiko dan pengurangan dalam proyek perangkat lunak.
B. PEMBAHASAN
1. DOMAIN METRIK
Metrik digunakan oleh industri perangkat lunak untuk mengukur proses
pembuatan, operasi, dan perawatan perangkat lunak. Melalui metrik, dapat
diperoleh informasi-informasi berharga dan parameter-parameter sebagai bahan
evaluasi yang obyektif mengenai atribut-atribut dan status dari suatu
pengembangan perangkat lunak. Implementasi metrik perangkat lunak pada suatu
proses pengembangan perangkat lunak dan pada suatu produk perangkat lunak
melibatkan tahapan-tahapan kompleks yang memerlukan pembelajaran yang
berkelanjutan, yang pada akhirnya dapat memberikan pengetahuan mengenai status
dari suatu proses pembuatan perangkat lunak dan atau suatu produk dari
perangkat lunak
Metrik perangkat lunak memiliki batasan-batasan yang luas. Metrik
perangkat lunak tergantung pada atribut-atribut perangkat lunak yang ingin
dinilai kuantitas dan kualitasnya.
Secara umum, metrik perangkat lunak dibagi dalam dua kelas yang berbeda,
yaitu metrik yang digunakan pada proyek pengembangan perangkat lunak dan metrik
yang digunakan pada produk perangkat lunak. Metrik pada proyek pengembangan
perangkat lunak berhubungan dengan tenaga dan pikiran yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek, sumber daya yang digunakan untuk menyelesaikannya, dan
metodologi yang diterapkan, misalnya: waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan, tenaga ahli yang diperlukan, biaya-biaya yang dikeluarkan, dan
metodologi yang digunakan dalam pembuatan perangkat lunak.
1.1 Tujuan Umum Pengukuran
Pengukuran adalah pemetaan dari dunia empiris ke
dunia, formal relasional. Akibatnya, ukuran adalah jumlah atau simbol
ditugaskan untuk suatu entitas dengan pemetaan ini untuk mengkarakterisasi
atribut (Sheikh Umar Farooq 2011), Karakteristik pengukuran yang baik adalah
1.
Hasil dari proses pengukuran adalah
direproduksi. (Hasil yang sama didapatkan dari waktu ke waktu dan di seluruh
situasi.)
2.
Validitas
- Proses pengukuran benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk mengukur.
3.
Sensitivitas
- Proses pengukuran menunjukkan variabilitas dalam tanggapan ketika ada dalam
stimulus atau situasi.
Sehubungan
dengan perangkat lunak, Pengukuran adalah proses yang berkesinambungan dalam menetapkan, mengumpulkan,
dan menganalisis data pada proses pengembangan perangkat lunak dan
produk-produknya dalam rangka untuk memahami dan mengontrol proses dan produk,
dan memberikan informasi yang berarti untuk meningkatkan proses dan produk.
Metrik
ini dapat digunakan oleh Software Pengelola yang mengambil Software outsourcing
untuk pemeliharaan dalam menentukan pembacaan representatif Perangkat Lunak
selama mengambil kesepakatan dengan klien mereka. Metrik yang dapat berfungsi
sebagai atribut atau subcharacteristic kualitas tingkat lain yang lebih tinggi
karakteristik seperti analyzability dalam hirarki SQMs, (Bajeh, A. O. 2011)
Dalam pengukuran
sangat penting untuk mencapai tujuan manajemen dasar perbaikan prediksi,
kemajuan, dan proses. Kemudian software sendiri biasanya diukur untuk melayani tujuannya seperti yang
dijelaskan oleh (Sheikh Umar Farooq 2011) diantaranya.
·
Karakterisasi,
yaitu, pengumpulan informasi tentang beberapa karakteristik dari proses
perangkat lunak dan produk, dengan tujuan mendapatkan ide yang lebih baik dari “apa yang terjadi. "
·
Evaluasi,
yaitu, menilai beberapa karakteristik dari proses perangkat lunak atau produk,
misalnya berdasarkan sejarah data dalam lingkungan pengembangan yang sama atau
data yang tersedia dari sumber eksternal.
·
Perbaikan,
yaitu, dengan menggunakan hubungan sebab-akibat untuk mengidentifikasi bagian
dari proses atau produk yang dapat berubah untuk mendapatkan efek positif pada
beberapa karakteristik yang menarik, dan mengumpulkan data setelah perubahan
memiliki telah dilakukan untuk mengkonfirmasi atau disconfirm apakah efeknya
positif dan menilai luasnya.
·
Prediksi,
yaitu, mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara karakteristik produk dan
proses.
·
Pelacakan,
yaitu akuisisi (mungkin konstan dan teratur) informasi tentang beberapa
karakteristik perangkat lunak proses dan produk dari waktu ke waktu, untuk un
derstand jika karakteristik tersebut berada di bawah pengendalian di on-akan
proyek.
·
Validasi,
yaitu memvalidasi praktik terbaik diidentifikasi eksperimen.
1.2 Determinan Kualitas dan Efektivitas Perangkat Lunak
sebuah perangkat lunak
sangat perlu dilakukan untuk menilai kualitas sebuah perangkat lunak. Kualitas
perangkat lunak adalah gabungan yang kompleks dari berbagai faktor yang akan
bervariasi dan pelanggan yang berbeda kebutuhannya. Gabungan antara kebutuhan
pengguna perangkat lunak dan faktor-faktor lain akan menghasilkan kualitas
sebuah perangkat lunak
Grady. 1992 mendefinisikan
ukuran kualitas perangkat lunak
dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
a. Catat
per KLOC; dimana cacat diartikan kurangnya kesesuaian dengan persyaratan
b. Maintanabilitas; kemudahan dimana program dapat dikoreksi jika
ditemukan kesalahan, dapat beradaptasi jika lingkungan berubah. Mudah
dikembangkan bila pelanggan menginginkan perubahan.
c. Integritas; kemampuan
sistem untuk menahan serangan terhadap sekuritasnya. Serangan dapat berupa
virus maupun hacker yang mengganggu program data maupun dokumen.
2. Pengukuran Perangkat Lunak
Pengukuran dapat dipisahkan dalam dua kategori, yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung.
Pengukuran langsung dalam proses rekayasa perangkat lunak berhubungan dengan
biaya dan sumber daya yang diperlukan, misalnya: pengukuran jumlah baris kode,
kecepatan eksekusi, ukuran memori, dan kesalahan yang ditemui dalam suatu
periode waktu.
Pengukuran tidak langsung dari suatu produk berhubungan dengan
fungsionalitas, kualitas, kompleksitas, efisiensi, reliabilitas, dan lain
sebagainya. Pengukuran secara langsung lebih mudah dilakukan, karena hasil
dapat diperoleh secara langsung, sedangkan pengukuran tidak langsung lebih
sulit dilakukan, karena harus melalu proses yang lebih kompleks.
Metrik dipisahkan menjadi
metrik proses, proyek, dan produk.
Metrik produk bersifat privat untuk individu dan sering dikombinasikan
untuk membuat metrik proyek yang bersifat publik bagi tim pengembang. Metrik
proyek kemudian dikonsolidasikan untuk membuat metrik proses yang publik untuk
seluruh organisasi atau perusahaan. Kesulitan yang biasanya dihadapi adalah
pada saat melakukan kombinasi pada metrik-metrik yang diukur disebabkan karena
sering terjadi perbedaan metrik antara idividu satu dengan individu lainnya.
Masalah tersebut biasa diatasi apabila dilakukan normalisasi pada proses
pengukuran. Dengan adanya normalisasi maka dapat dilakukan perbandingan metrik
pada cakupan yang lebih luas.
Sehubungan
dengan perangkat lunak, (Sheikh Umar Farooq 2011) menjelaskan bahwa Pengukuran merupakan proses
yang berkesinambungan dalam menetapkan, mengumpulkan, dan menganalisis data
pada proses pengembangan perangkat lunak dan produk-produknya dalam rangka
untuk memahami dan mengontrol proses dan produk, dan memberikan informasi yang
berarti untuk meningkatkan proses dan produk. (Sheikh Umar Farooq 2011) juga megelompokkan Karakteristik pengukuran yang baik yaitu
1.
Keandalan
- Hasil dari proses pengukuran adalah direproduksi. (Hasil yang sama didapatkan
dari waktu ke waktu dan di seluruh situasi.)
2. Validitas - Proses pengukuran benar-benar
mengukur apa yang dimaksudkan untuk mengukur.
3. Sensitivitas - Proses pengukuran menunjukkan variabilitas
dalam tanggapan ketika ada dalam stimulus atau situasi.
2.1 Size-Oriented Metrics
Metrik beorientasi ukuran diperoleh dengan cara melakukan normalisasi
ukuran kualitas dan produktivitas dengan menghitung ukuran dari perangkat lunak
yang dibuat. Ukuran yang biasanya dijadikan sebagai acuan normalisasi adalah
LOC (lines of code). Dari pengukuran jumlah LOC pada suatu perangkat
lunak, dapat diperoleh:
a. Kesalahan per KLOC
(ribuan LOC)
b. Kekurangan atau cacat
pada spesifikasi per KLOC
c. Harga per LOC
d. Jumlah halaman
dokumentasi per LOC
Selain itu, beberapa
metrik yang bisa dihitung adalah:
a. Kesalahan per orang-bulan
b. LOC per orang-bulan
c. Harga per halaman
dokumentasi
Menurut Jones 1986, metrik
berorientasi ukuran tidak dapat diterima secara universal sebagai cara terbaik
untuk mengukur proses rekayasa perangkat lunak. Alasan yang dikemukakan adalah
kadang-kadang fungsionalitas program dapat dicapai dengan baris program yang
lebih sedikit. Selain itu, untuk melakukan estimasi LOC harus digunakan
analisis desain tingkat tinggi.
2.2 Function-Oriented Metrics
Metrik berorientasi fungsi menggunakan ukuran fungsionalitas yang
dihasilkan oleh aplikasi sebagai nilai normalisasi. Fungsionalitas tidak dapat
diukur secara langsung, sehingga untuk memperolehnya digunakan pengukuran
langsung terlebih dahulu, lalu hasil pengukuran langsung tersebut digunakan
sebagai masukan. Metrik berorientasi fungsi pertama kali diusulkan oleh
Albrecth [1979], yang menyarankan pengukuran yang disebut function point (FP).
FP diperoleh dengan menggunakan hubungan empiris berdasarkan pengukuran
langsung dan estimasi terhadap kompleksitas perangkat lunak. Terdapat lima
karakteristik yang digunakan sebagai acuan, yaitu:
a.
Jumlah masukan (user inputs)
b.
Jumlah keluaran (user outputs)
c.
Jumlah permintaan (inquiry)
d.
Jumlah berkas
e.
Jumlah antarmuka eksternal
2.2.1 Function Points
Function Point mengukur dari perspektif
Functional dari software yang akan dibangun, terlepas dari bahasa programaan,
metode development atau platform perangkat keras yang digunakan, Function Point
harus dilakukan oleh orang terlatih dan berpengalaman dalam development
software, karena dalam memberikan nilai-nilai dari setiap komponen Function
point bersifat subyektif, dan akan wajar apabila hasil perhitungan function
point seseorang akan berbeda dengan yang lain. Pengerjaan Function poin harus
dimasukkan sebagai bagian dari rencana proyek secara keseluruhan. Artinya harus
dijadwalkan dan direncanakan pengerjaannya.
Hasil dari pengukuran menggunakan Function
Point dapat digunakan untuk mengestimasi biaya dan effort yang diperlukan dalam
development perangkat lunak.
2.2.2 Penghitungan Metrik Function Points
Pengukuran
yang berhubungan dengan fungsi (Metric Function Oriented) adalah
pengukuran fungsionalitas yang disampaikan oleh aplikasi sebagai suatu nilai
normalisasi. Perhitungan dengan metode Function Point menuntut untuk
dilakukan oleh seorang profesional yang berpengalaman karena memiliki tingkat
subyektifitas yang cukup tinggi. Metrik berorientasi fungsi diusulkan oleh (Albrecth 1979), yang menyarankan
pengukuran yang disebut Function Point. Function Point tidak
bergantung pada bahasa sehingga produktivitas pada bahasa pemrograman yang
berbeda dapat dibandingkan. Produktivitas dinyatakan sebagai poin fungsi yang
dihasilkan per orang-bulan. Function Point di-bias menuju system
pemrosesan data yang didominasi oleh operasi input dan output. Metode ini
sendiri terdiri dari banyak varia. Variasi yang adalah pada langkah/tahapan
yang ada maupun pada isi dari tiap tahapan. Varian-varian ini timbul karena
metode ini dapat diubah sesuai dengan kebijakan perusahaan pengembang software.
Namun apapun varian yang digunakan oleh pengembang, hendaknya digunakan dengan
konsisten agar tercipta komparasi yang benar antara software-software yang
dinilai.
Langkah 1 : Menghitung crude function points
(CFP)
Jumlah
dari komponen fungsional sistem pertama kali diidentifikasi dan dilanjutkan
dengan mengevaluasi kuantitasi bobot kerumitan dari tiap komponen tersebut.
Pembobotan tersebut kemudian dijumlahkan dan menjadi angka CFP. Perhitungan CFP
melibatkan 5 tipe komponen sistem software berikut :
a. Jumlah macam aplikasi input (user inputs)
b. Jumlah macam aplikasi output (user outputs)
c. Jumlah macam aplikasi query online – aplikasi ini berhubungan dengan
query terhadap data yang tersimpan (Inquiry)
d. Jumlah macam file/tabel logic yang terlibat
e. Jumlah macam interface eksternal – output atau input yang dapat
berhubungan dengan komputer lewat komunikasi data, CD, disket, dan lain-la
Kemudian
diberikan faktor bobot pada tiap komponen di atas berdasarkan kompleksitasnya.
Tabel 1 di bawah ini merupakan contoh blanko pembobotan tersebut.
Tabel 1 Blanko penghitungan CFP
Komponen system sofware
|
Level kompleksitas
|
Total
CFP
| ||||||||
Sederhana
|
Sederhana
|
Sederhana
| ||||||||
|
Count
|
Factor
Bobot
|
Point
|
Count
|
Factor
Bobot
|
Point
|
Count
|
Factor
Bobot
|
Point
|
|
|
A
|
B
|
C=A x B
|
D
|
E
|
F=DxE
|
G
|
H
|
I=G x H
|
J=C+F+I
|
Input
|
|
3
|
|
|
4
|
|
|
6
|
|
|
Output
|
|
4
|
|
|
5
|
|
|
7
|
|
|
Query online
|
|
3
|
|
|
4
|
|
|
6
|
|
|
File logic
|
|
7
|
|
|
10
|
|
|
15
|
|
|
Interface ekternal
|
|
5
|
|
|
7
|
|
|
10
|
|
|
Total CFP
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
RCAF berfungsi untuk menghitung kesimpulan kompleksitas dari sistem
software daribeberapa subyek karakteristik. Penilaian berskala 0 sampai 5
diberikan pada tiap subyek yang paling berpengaruh terhadap usaha pengembangan
yang dibutuhkan. Blanko penilaian yang diusulkan penulis diberikan seperti
Tabel 2
Tabel 2 Blanko penghitungan RCAF
No
|
Subyek
|
Nilai
|
1
|
Tingkat kompleksitas kehandalan backup/recovery
|
0 1 2 3 4 5
|
2
|
Tingkat kompleksitas komunikasi data
|
0 1 2 3 4 5
|
3
|
Tingkat kompleksitas pemrosesan terdistribusi
|
0 1 2 3 4 5
|
4
|
Tingkat kompleksitas kebutuhan akan kinerja
|
0 1 2 3 4 5
|
5
|
Tingkat kebutuhan lingkungan operasional
|
0 1 2 3 4 5
|
6
|
Tingkat kebutuhan knowledge pengembang
|
0 1 2 3 4 5
|
7
|
Tingkat kompleksitas updating file master
|
0 1 2 3 4 5
|
8
|
Tingkat kompleksitas instalasi
|
0 1 2 3 4 5
|
9
|
Tingkat kompleksitas aplikasi input, output, query online dan file
|
0 1 2 3 4 5
|
10
|
Tingkat kompleksitas pemrosesan data
|
0 1 2 3 4 5
|
11
|
Tingkat ketidakmungkinan penggunaan kembali dari kode (reuse)
|
0 1 2 3 4 5
|
12
|
Tingkat variasi organisasi pelanggan
|
0 1 2 3 4 5
|
13
|
Tingkat kemungkinan perubahan/fleksibilitas
|
0 1 2 3 4 5
|
14
|
Tingkat kebutuhan kemudahan penggunaan
|
0 1 2 3 4 5
|
|
Total = RCAF
|
|
Langkah 3 : Menghitung Function Point (FP)
Nilai function point
untuk sistem software tersebut kemudian dihitung berdasarkanhasil dari tahap 1
dan 2 yang dimasukkan ke dalam formula
FP = CFP x (0.65 + 0.01 x RCAF)
2.2.3 Penentuan Kompleksitas Transformasi Function Points
Matrik perangkat lunak function oriented
(beroperasi pada fungsi) mengunakan sebuah pengukuran fungsionalyang
disampaikan oleh aplikasi sebagai suatu nilai normalisasi. Metrik beroreintasi
fungsi pertama kali diusulkan oleh albercht uang mengusulkan sebuah pengukuran
yang disebut function ditarik dengan mengunakan sebua hubungan empiris
berdasarkan pengukuran (langsung) domain informasi perangkat lunak yang dapat
dihitung serta perkiraan kompleksitas perangkat lunak
Function point dihitung dengan melengkapi table
3 berikut:
Parameter Pengukuran
|
jmlah
|
sederhana
|
Rata-rata
|
kompleks
|
Factor pembobot
|
Jumlah input pemakai
|
X
|
3
|
4
|
6
|
= ……….
|
Jumlah output pemakai
|
x
|
4
|
5
|
7
|
= ……….
|
Jumlah penyelidikan pemakai
|
X
|
3
|
4
|
6
|
= ……….
|
Jumlah file
|
X
|
7
|
10
|
15
|
= ……….
|
Jumlah interface internal
|
X
|
6
|
7
|
10
|
= ……….
|
Total
|
|
|
|
|
…………
|
Gambar perhitungan metric function point
-
Jumlah
input pemakai ; setiap input yang memberikan data yang berorientasi pada
aplikasi yang jelas pada perangkat lunak dihitung
-
Jumlah
output pemakai ; setiap output pemakai yang memberikan informasi yang
berorientasi pada aplikasi kepada pemakai dihitung. Pada konteks lain output
mengacu pada laporan, layar, tampilan kesalahan dsb.
-
Jumlah penyelidikan
pemakai ; sebuah penyelidikan didefinisikan sebaai input online yang
mengakibatkan munculnya beberapa respon perangkat lunak yang cepat dalam bentuk
sebuah out put online.
-
Jumlah
file ; setiap file master dihitung
-
Jumlah
interface eksternal ; semua interface yang dapat di baca oleh mesin yang
digunakan untuk memindahkan informasi ke system yang lain dihitung.
Untuk menghitung titik-titik
(FP) dipakai hubungan seagai berikut :
FP=jumlah total x [0.65 +
0,01 x Fi]
3. Kualitas Perangkat Lunak
Menunurut Heri
Abi Burachman Hakim 2008 yang
dikutip dari McCall menjelaskan bahwa kualitas perangkat lunak diukur dari
sebelas aspek. Sebelas aspek tersebut merupakan gabungan antara kebutuhan
pengguna dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas sebuah perangkat
lunak. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur kualitas sebuah perangkat
lunak adalah:
1. Kebenaran yaitu kemampuan perangkat lunak mampu
memenuhi spesifikasi dan misi kebutuhan pengguna
2. Reliabilitas yaitu kemampuan sebuah perangkat
lunak dapat melaksanakan fungsinya dengan tingkat ketelitian yang diperlukan.
3. Efisiensi yaitu sumber daya komputasi yang
dibutuhkan oleh perangkat lunak untuk melakukan fungsinya.
4. Integritas yaitu tingkat kemampuan kontrol akses
ke perangkat lunak atau data oleh orang yang tidak berhak.
5. Usabilitas yaitu usaha yang dibutuhkan untuk
mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan menginterpretasikan output
suatu perangkat lunak.
6. Maintanabilitas yaitu kemampuan perangkat lunak
untuk mencari dan membetulkan kesalahan pada sebuah perangkat lunak.
7. Fleksibilitas yaitu kemampuan perangkat lunak
untuk memodifikasi perangkat lunak operasional.
8. Testabilitas yaitu kemampuan yang diperlukan
untuk menguji perangkat lunak dan untuk memastikan apakah perangkat lunak telah
melakukan fungsi-fungsi yang dimaksudkan.
3.1 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Ada bebeapa factor yang menilai perangkat lunak dari
tiga sudut pandang bebeda yaitu :
a.
operasi produk (menggunakannya)
b.
revisi produk (mengubanya)
c.
transisi produk (memodifikasi untuk bekerja
dalam lingkungan yang berbeda
hubungan antara kualitas (yang mereka sebut kerangka
kerja) dan aspek-aspek lain dari proses
rekayasa perangkat lunak :
1.
kerangka kerja memerikan suatu mekanisme untuk
manejer untuk mengenali kualitas-kualitas apa yang penting
2.
kerangka kerja membeerikan alat untuk menilai
secara kualitas kuantitatas sebeberapa baik kemajuan pengembangan
3.
kerangka kerja memberikan interaksi yang lebih
baik dalam pada QA sepanjang usaha pengembangan
4.
personil jaminan kualitas dapat menggunakan
indikasi buruknya kualitas untuk membantu mengindentfikasi standar-standar
untuk usaha di masa mendatang
4. Penyatuan Metrik-metrik dalam Proses Perangkat
Lunak
Proses pengukuran perangkat lunak harus menjadi
metode, tujuan teratur untuk mengukur, menilai, menyesuaikan, dan akhirnya
meningkatkan proses pembangunan. Data dikumpulkan berdasarkan dikenal, atau
diantisipasi, pembangunan, keprihatinan, dan pertanyaan. Mereka kemudian
dianalisis sehubungan dengan pengembangan perangkat lunak proses dan produk.
Proses pengukuran digunakan untuk menilai kualitas, kemajuan, dan kinerja
seluruh tahapan siklus hidup semua. (Sheikh Umar Farooq 2011) menjelaskan tentang Komponen utama dari proses pengukuran yang
efektif adalah:
·
Secara
jelas mendefinisikan pengembangan perangkat lunak dan masalah ukuran (elemen
data) yang diperlukan untuk memberikan pemahaman isu-isu;
·
Pengolahan
data yang dikumpulkan ke dalam laporan grafis atau tabel (indikator) untuk
membantu dalam analisis masalah;
·
Analisis
indikator untuk memberikan pemahaman tentang isu-isu pembangunan, dan,
·
Gunakan
hasil analisis untuk melaksanakan perbaikan proses dan mengidentifikasi isu-isu
baru dan masalah.
Gambar 1 - Gambar Proses Pengukuran Software
Pada gambar diatas menunjukkan proses pengukuran perangkat lunak.
Kegiatan yang diperlukan untuk merancang suatu proses pengukuran menggunakan
arsitektur ini adalah:
·
Mengembangkan
proses pengukuran harus dibuat tersedia sebagai bagian dari perangkat lunak
standar organisasi proses;
·
Perencanaan
proses pada proyek dan mendokumentasikan prosedur dengan menyesuaikan dan
mengadaptasi aset proses;
·
Menerapkan
proses pada proyek-proyek dengan menjalankan rencana dan prosedur, dan
Meningkatkan proses dengan berkembang rencana dan
prosedur sebagai proyek matang dan pengukuran mereka perlu berubah.
Menurut (Paulish 1994), proses pada pengembangan
perangkat lunak dipaparkan dalam gambar 2 sebagai berikut:
Gambar
2 Lingkungan pengembangan perangkat lunak
Dari gambar diatas diperoleh bahwa proses berada di tengah-tengah
segitiga yang terhubung pada tiga faktor utama, yaitu: sumber daya manusia,
kompleksitas produk, dan perkembangan teknologi. Dari ketiga faktor tersebut
yang paling berpengaruh dalam hal kualitas dan performa proses adalah sumber daya
manusia. Segitiga proses terdapat di dalam sebuah lingkaran dari kondisi
lingkungan dari proses yang sedang berjalan, yang terdiri dari lingkungan
pengembangan system
Grady 1992 berpendapat bahwa
terdapat penggunaan privat dan public untuk data-data proses yang diperoleh.
Beberapa metrik proses bisa bersifat privat untuk tim dalam proyek, namun bisa
bersifat publik untuk seluruh anggota tim
Gambar
3 Grafik tulang ikan analisa proses pengembangan perangkat lunak
Untuk memudahkan suatu organisasi dalam melakukan analisis proses,
dibuat suatu pendekatan yang disebut dengan Statistical Software Process
Improvement (SSPI). SSPI menggunakan analisis kesalahan yang terdapat pada
perangkat lunak untuk mengumpulkan informasi mengenai semua kesalahan dan kekurangan
yang dapat terjadi pada aplikasi atau sistem. Analisis kesalahan dilakukan pada
hal-hal berikut:
1. Semua kesalahan dan kekurangan yang dikategorikan berdasarkan sumber
dari kesalahan
2. Pencatatan biaya untuk memperbaiki tiap kesalahan
3. Jumlah kesalahan dan kekurangan pada tiap kategori dijumlahkan dan
diurutkan mulai dari yang paling banyak sampai yang paling sedikit
4. Semua biaya dari kesalahan dan kekurangan dari tiap kategori dihitung
5. Data resultan dianalisa untuk menutupi kategori-kategori yang
memerlukan biaya paling besar
6. Perencanaan yang cermat dibuat untuk melakukan perubahan pada proses
dengan mengurangi frekuensi kesalahan dan kekurangan yang paling banyak
menghabiskan biaya.
Kumpulan dari metrik proses menghasilkan sebuah diagram ‘tulang ikan’
seperti pada gambar 3 Diagram yang lengkap dapat digunakan oleh organisasi
perangkat lunak dalam melakukan modifikasi proses untuk mengurangi frekuensi
kesalahan.
C. DAFTAR PUSTAKA
Sheikh Umar Farooq, S. M. K. Quadri, Nesar Ahmad, Software Measurements And Metrics: Role In
Effective Software Testing Head, P.G.
Department of Computer Sciences, 2011 University of Kashmir, Srinagar,
J&K – 190006.
Bajeh, A. O., A Novel Metric For Measuring The
Readability of Software Source Code, Department
of Computer Science, University
of Ilorin, 2011, Ilorin, Nigeria
Grady, Robert B., Practical Software Metrics for Project
Management and Process Improvement, Prentice-Hall, Inc., 1992, ISBN:
0137203845
Albrecht, A. J., Measuring Application Development Productivity,
IBM Applications Development Symposium, Monterey, CA , 1979 , pp. 83-92
D.J. Paulish and A.D.
Carleton, Case
Studies of Software-Process-Improvement Measurement, IEEE Computer, Vol.
27, No. 9, September 1994, pp. 50 – 57
Tavakoli,
I. dan Perks, KJ, "The Pengembangan Sistem Kontrol Strategis
Untuk Manajemen Perubahan Strategis ", Strategis Change, (2001) Vol.
10, hal 297-305. 10]
Bir,
M. dan Eisenstat, R.,
"The Silent Pembunuh Implementasi
Strategi Dan Belajar ", Sloan Management Review, (2000), Vol. 41 No 4, hal 29-40.
Heri Abi Burachman Hakim, Evaluasi Kualitas Openbiblio Sebagai
Perangkat Lunak Otomasi Perpustakaan Berbasis Open Source, 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta