PENGANTAR
Sebagai anggota masyarakat Indonesia,
kita memiliki peranan penting dalam memajukan bangsa ini. Institusi pendidikan
merupakan fondasi utama dalam mempersiapkan masyarakat, guna memiliki kapabilitas
yang mumpuni dan siap untuk menguasai teknologi dan berinovasi dalam
segala aspek kehidupan. Dunia industri merupakan pilar penopang kemapanan dan
kemajuan ekonomi Negara yang merupakan sarana bagi individu-individu yang
secara akademis telah disiapkan oleh Insitusi Pendidikan. Secara jelas bahwa
Institusi Pendidikan dan Dunia Industri merupakan dua entitas yang memiliki
hubungan yang sangat erat, terutama industri-industri yang berbasis pada
teknologi terkini dalam proses bisnis ataupun produk yang dihasilkannya. Pada
jenis industri tersebut, dasar penguasaan akan teknologi bagi tenaga kerjanya
merupakan modal utama dari keberhasilan industry tersebut di pasar. Demikian
pula industri dibidang teknologi telematika, sebuah industri yang merupakan
konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing)
dan informasi (information).
PENJELASAN
Arus globalisasi yang
menyebar di seluruh dunia merupakan suatu tantangan yang juga harus dihadapi
oleh Indonesia. Salah satu dampak proses globalisasi yang perkembangannya
sangat pesat di dunia ini adalah Bisnis Teknologi Telematika. Menyikapi hal ini
maka perekonomian Indonesia yang saat ini masih sangat bertumpu kepada kekayaan
dan keragaman sumber daya alam, yaitu perekonomian yang masih berorientasi pada
Resource Based, harus mulai berubah menjadi perekonomian yang bertumpu
kepada Informasi – Knowledge Based. Informasi atau pengetahuan dalam
konsep bisnis dapat dikembangkan sebagai produk yang diperdagangkan atau
sebagai alat penopang bisnis yang utama.
Salah satu kunci
berkembangnya Knowledge Based Economy adalah dengan Technopreneurship. Technopreneurship bukan merupakan
sebuah produk tetapi lebih kepada suatu proses yang merupakan sinergi dari
kemampuan yang kuat pada penguasaan teknologi serta pemahaman yang menyeluruh
mengenai konsep kewirausahaan.
Tata Sutabri sebagaimana dikutip
Sustyo menyatakan bahwa technopreneurship merupakan proses dan pembentukan
usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa
penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi
sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional
Menurut (Zimmerer & Scarborough,
2008) Technopreneurship merupakan gabungan dari dua kata, yakni ‘technology’
dan ‘enterpreneurship’. Secara umum, kata Teknologi digunakan untuk merujuk
pada penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri. Sedangkan kata
entrepreneurship berasal dari kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang
yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko untuk
mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang
ada
Berdasarkan kedua pengertian di atas
secara ringkas dapat kita artikan bahwa technopreneurship adalah sebagai aspek
penggabungan secara teknik di mana entrepreneur sebagai objek utama yang
didukung dengan teknologi yang mapan untuk meciptakan lapangan kerja baru.
Technopreneurship sangat relevan dengan kondisi Indonesia karena pada dasarnya
pencapaian puncak pencapaian technopreneurship ini adalah mampu mengolelola
sumber daya alam Indonesia sehingga bisa menjadi peluang bisnis yang mampu
menyerap tenaga kerja dan membantu memajukan perekonomian bangsa.
Menjadi seorang technopreneur tidaklah semudah
membalikan telapak tangan dan dibutuhkan sikap mental yang kuat. Minimal ada
beberap sifat yang harus dimiliki diantaranya sebagai berikut :
-
Kemandirian
Mandiri atau tidak tergantung pada orang lain
adalah syarat mutlak yang harus dimilikin karena pada dasarnya seorang
technopreneur adalah pemilik dari usaha tersebut. Sehingga memiliki kekuasaan
penuh untuk mengendalikan usahanya. Dapat dibayangkan jika tergantung pada
orang lain maka seorang technopreneur tidak akan memiliki keleluasaan mengelola
usahanya sehingga tidak akan bisa berkembang.
- Kejujuran
Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di
mana-mana, begitulah pepatah mengatakan. Sifat manusia adalah menyukai kebaikan
dan kejujuran adalah salah satu unsur kebaikan, sehingga sangat masuk akal jika
seorang technopreneur harus memiliki
sifat jujur agar mampu menjalin kerja sama dengan orang lain. Karena pada
dasarnya kegiatan technopreneur adalah berhubungan dengan orang lain untuk
menciptakan peluang bisnis yang dapat menghasilkan penghidupan. Secara singkat
dapat dikatakan technopreneur = kejujuran = menjalin relasi = bisnis
prospektif.
- Ketangguhan
Untuk memulai dan menjalankan sebuah bisnis
dibutuhkan ketangguhan. Karena bisnis bersifat dinamis dan perubahan yang
terjadi sangat fluaktif dan bergerak sangat cepat. Oleh karena seorang
technopreneur harus benar-benar tangguh dan selalu siap dalam kondisi apapun.
Harus siap mental ketika mengalami kerugian dan harus bijak ketika memeroleh
keuntungan baik besar ataupun kecil.
- Kreativitas
Kreativitas sangat penting dalam sebuah bisnis
karena persaingan yang sangat ketat. Oleh sebab itu diperlukan sebuah ide
kreatif atau inovasi sehingga tetap bisa bertahan. Fakta membuktikan hanya
seorang technopreneur yang kreatif yang mampu bertahan. Umumnya pasar
membutuhkan produk-produk yang unik dan dibuat kreatif sehingga tidak mampu
ditiru oleh kompetitornya. Ingat bahwa bisnis sangat dinamis, dan untuk
bertahan dengan kondisi itu diperlukan sebuah kreativitas yang tinggi.
- Iklim yang kondusif
Lingkungan sangat berpengaruh bagi
apapun dan siapapun karena dari sanalah seseorang akan mendapat sebuah yang
sangat berharga untuk ia kembangkan. Jika ingin menjadi seorang dosen maka
tinggal lah di tempat para dosen berada. Begitu pula jika ingin menjadi
technopreneur maka kita harus banyak berhubungan dengan tecnopreneur pula. Dari
sanalah kita bisa memulai untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pengembangan technopreneur. Segera pindah lah dari zona nyaman kita dan temukan
temukan zona yang lebih nyaman agar kita mampu menemukan peluang untuk
pengembangan technopreneur
Jelas disini bahwa ada dua
komponen utama yang perlu diamati dalam kaitan tentang pembahasan Technopreneurship, yaitu :
·
Teknologi
Merupakan aplikasi
langsung dari ilmu pengetahuan. Manusia dengan kemampuan akal budi yang
dimilikinya merekayasa teknologi menjadi alat yang memudahkan kerja manusia
dalam memenuhi kebutuhannya. Teknologi secara luas maupun teknologi telematika
khususnya berkembang sangat pesat. Penguasaan teknologi terbaru yang tepat
guna, akan memberikan hasil yang cepat dan lebih efisien dari waktu ke waktu. Sehingga kemajuan suatu Negara dapat diukur
dari penguasaan teknologi tepat guna dari bangsanya. Disinilah peran institusi pendidikan
sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang siap dalam pemahaman
teknologi terbaru, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Institusi pendidikan
tidak boleh bersifat statis, karena perkembangan teknologi itu sendiri bergerak
sangat dinamis. Secara kontinu pula institusi pendidikan harus terus merangsang
proses
Inovasi pembentukan
teknologi baru yang dapat menumbuh-kembangkan industri berbasis teknologi dalam
aspek yang luas.
· Enterpreneurship
Menurut Edvarson tahun 1994 (Dalam
Makalah Wahid Ciptono tahun 1999), adalah sebuah kata yang digunakan untuk
menjelaskan perilaku-perilaku pemikiran strategis dan berani mengambil resiko
yang akan memberikan hasil peluang bagi individu dan organisasi. Seorang enterpreneur
harus memiliki semangat dan kemampuan penting, yaitu :
- Kompetitif
Semangat kompetitif akan membawa
usaha yang dipimpinnya terus berkembang dan memicu adrenalin dalam menuangkan ide
penyelesaian solusi dari masalah yang timbul.
- Persisten
Semangat akan konsistensi dan
keyakinan dari proses bisnis yang dikerjakannya.
- Inovatif
Kemampuan untuk menciptakan
terobosan, baik dalam pelayanan maupun dalam produk
bisnis yang dihasilkannya.
- Fokus
Ketrampilan untuk secara penuh
terjun dalam setiap aspek yang terkait dalam bisnis yang didalaminya. Tidak
mudah terbawa arus situasional, melainkan terus mencurahkan konsentrasinya
untuk pemenuhan konsep dasar yang telah dicetuskan.
- Visioner
Memiliki pandangan jauh ke depan, terutama terkait dengan life
time bisnis yang digelutinya.
- Interpersonal Skill
Kemampuan dalam berinteraksi secara sosial, baik dalam hubungan
dengan pengguna bisnis maupun dengan segenap anggota team bisnis proses.
- Managerial
Kemampuan dasar dalam
mengatur pemasaran, produksi dan finansial. Sehingga Technopreneurship merupakan
sinergi yang kuat antara penerapan teknologi sebagai instrumen dan inti dari
produk bisnis yang dihasilkan serta jiwa usaha mandiri yang merupakan spirit dari
berjalannya bisnis secara kontinu. Technopreneurship memiliki semangat
untuk membangun suatu usaha yang secara karakter adalah integrasi dari
kompetensi penerapan teknologi.
Sehingga diharapkan
munculnya suatu unit usaha yang bersifat teknologis: unit usaha yang secara
nyata memanfaatkan teknologi aplikatif dalam proses inovasi, produksi,
pemasaran bahkan dalam internal operasi usahanya.
PROBLEMATIKA
Pemahaman akan konsep ini
tentu saja bukan merupakan hal yang baru di negara kita. Tetapi realita yang
ada dalam masyarakat adalah perkembangan usaha-usaha dengan basis teknologi
belum memberikan sumbangan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.
Berdasarkan kondisi realita tersebut ada problematika dalam penerapan konsep ini, yaitu :
Sumber Daya Manusia Bisnis
Teknologi merupakan bisnis dengan basis kualitas sumber daya manusia sebagai
tulang punggungnya. Human Capital atau kompetensi SDM akan menjadi
komponen utama dari keberhasilan suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain.
Problematika yang ada adalah :
·
Attitude
Etos kerja merupakan komponen
penting penghargaan kualitas suatu individu. Negaranegara Asia seperti Jepang,
Cina, Korea, dan Vietnam memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik karena didukung
etos kerja yang tinggi dari rakyatnya. Attitude yang
baik akan mengutamakan tanggung-jawab secara serius dan penting, sehingga
sebagai konsekuensi dari pemenuhan kewajiban secara sempurna maka pemenuhan hak
akan berjalan dengan sendirinya.
·
Short Minded
Kesalahan pola pikir yang terlalu
pendek. Pengembangan bisnis adalah suatu proses. Para pebisnis yang berhasil di
usia mudapun sebenarnya pada usia dini mereka telah fokus dan bereksperimen
secara kontinu dalam jumlah waktu yang panjang.
· Bakat Kewirausahaan vs Keahlian Teknologi
Perbedaan penguasaan kemampuan
kewirausahaan dan keahlian teknologi. Kondisi umum yang ada adalah seorang
pakar teknologi memiliki ketertarikan dalam perluasan penguasaan teknologi dan
sedikit penguasaan mengenai kemampuan kewirausahaan, demikian pula sebaliknya.
·
Teori vs realita praktek
Perbedaan pemahaman teori dan
realita praktek dalam pengelolaan bisnis. Dunia Industri Unit-unit usaha bisnis
teknologi adalah hasil dari proses Technopreneurship.
Problematika yang dialami pada dunia industri dalam kaitan dengan pengembangan Technopreneurship adalah :
·
Pendanaan
Keterbatasan dana memang bukan
merupakan kendala yang dapat menyurutkan pembentukan bisnis teknologi. Akan
tetapi percepatan pertumbuhan bisnis teknologi akan sangat terbantu dengan
adanya pendanaan yang signifikan.
·
Penghargaan produk IT lokal
Masih kurangnya penghargaan
terhadap produk-produk IT yang dibuat oleh perusahaan lokal. Terutama pada
perusahaan-perusahaan yang memiliki Capital cukup besar, import akan
produk IT dari negara lain masih banyak terjadi.
·
Regulasi
Industri berkembang disuatu negara
tidak akan terlepas dari komitmen pemerintah dalam membantu perkembangannya.
Peraturan perpajakan yang jelas dan transparan, prosedur perijinan serta peraturan
pemerintah yang memberikan apresiasi terhadap karya intelektual
sangat diharapkan oleh dunia
industri.
USAHA PENINGKATAN
TECHNOPRENEURSHIP
Strategi yang kuat serta
arah yang jelas perlu dikembangkan untuk memberikan landasan bagi berkembangnya
Technopreneurship di
Indonesia. Oleh sebab itu perlu kerjasama yang erat dari technopreneur sebagai penggagas bisnis, Perguruan Tinggi dan
lembaga penelitian sebagai pusat inovasi teknologi baru, perusahaan modal
ventura yang memiliki kompetensi dalam pendanaan serta pemerintah sebagai
pembentuk kebijakan ekonomi agar dapat memberikan kebijakan ekonomi yang
kondusif.
Institusi pendidikan memiliki
kewajiban dalam mengatasi Problematika yang ada dalam persiapan sumber daya
manusia. Berbagai usaha yang perlu dilaksanakan ataupun bila telah dilaksanakan
perlu mendapat perhatian khusus adalah :
· Membangun secara terus menerus dalam setiap
kegiatan belajar mengajar, mengenai moralitas, pandangan penuh akan
profesionalitas dan mengubah paradigma buruk mengenai attitude generasi
muda Indonesia.
· Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia
perguruan tinggi.
· Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan
realita praktek dalam pengelolaan bisnis.
· Menjadi wahana interaksi untuk komunitas
perguruan tinggi dengan para alumninya yang telah memiliki keberhasilan dalam
membangun unit usaha bisnis.
· Membentuk unit studi spesifik yang ditunjang
dengan perangkat bisnis dari unit bisnis terkait. Unit studi ini merupakan
gabungan antar institusi pendidikan dengan kelompok unit bisnis tertentu.
Sebagai contoh pengembangan aplikasi perbankan.
· Membentuk inkubator bisnis yang dapat
dijadikan sebagai pusat kegiatan pembelajaran dengan atmosfir bisnis yang
kondusif serta didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai.
Demikian pula dengan dunia industri. Apabila
mengharapkan sumber daya manusia dengan kualitas
yang sesuai dengan persaingan bisnis yang
dihadapinya perlu melaksanakan :
· Pemberian akses kepada calon sarjana
mengenai bisnis proses dari usaha yang dilakukannya. Sehingga dapat memberikan
wawasan yang nyata mengenai bentuk kompetensi yang diharapkan oleh dunia
industri bagi setiap individu yang akan mulai terjun mengaplikasikan pemahaman
teknologi yang telah diperolehnya dari institusi pendidikan.
· Pembentukan mitra kerja dengan institusi
pendidikan, agar terjalin kerjasama industri dan edukasi.
· Transfer pengetahuan dan pengalaman mengenai
dunia industri dengan memberikan kesempatan praktek magang.
PENUTUP
Indonesia memiliki sejarah sebagai
bangsa yang besar. Kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti Majapahit dan
Sriwijaya dijadikan sebagai pusat pembelajaran dari kerajaan-kerajaan lain
mengenai budaya, agama dan peradaban. Kerajaan-kerajaan Indonesia pada waktu
itu merupakan jalur perdagangan penting bagi pedagang dihampir seluruh dataran
Asia. Sehingga semangat bangsa ini untuk menguasai Teknologi dan
mensinergikannya dengan kemampuan kewirausahaan akan kembali membawa derajat
bangsa ini dalam tingkatan yang agung.
Hidup adalah pembelajaran yang
berkelanjutan – “life is a continual learning”, penguasaan teknologi secara
terus-menerus yang dikombinasikan dengan semangat kewirausahaan akan membentuk
buah keberhasilan yang nyata dalam berkompetisi didalam dunia bisnis.